
Oleh : Tsanaz Egar )*
Gelombang antusiasme anak muda kembali menguat seiring kabar bahwa Program Magang Nasional Batch II akan segera dibuka bagi ribuan pemuda dari berbagai daerah. Program ini dirancang untuk menjembatani jarak antara dunia pendidikan dan dunia kerja, sekaligus memberikan pengalaman langsung di lingkungan profesional. Melalui pola magang terstruktur, peserta bukan hanya “mencicipi” pekerjaan, tetapi belajar budaya kerja, etika profesional, dan kolaborasi lintas disiplin. Bagi banyak lulusan baru, momentum ini sering menjadi pintu masuk pertama menuju karier yang lebih pasti dan kompetitif di pasar kerja.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli Pemerintah akan membuka pendaftaran Program Magang Lulusan Perguruan Tinggi Batch II pada November 2025. Kuotanya kali ini lebih banyak, yakni mencapai 80.000 peserta. Program ini sendiri merupakan lanjutan pada gelombang pertama yang dimulai pada Senin 20 Oktober 2025 dengan 20.000 peserta. Jadi, total kuota program magang berjumlah 100.000 peserta. Batch II Program Magang Nasional akan dimulai pada 17 November 2025. Seleksi dan penentuan kelulusannya dilakukan langsung oleh perusahaan penerima magang.
Magang Nasional Batch II menekankan pemerataan kesempatan. Kuota diperluas agar talenta dari kota maupun daerah mendapatkan akses yang sama terhadap pengalaman industri. Perusahaan mitra yang terlibat berasal dari beragam sektor mulai dari manufaktur, logistik, agribisnis, perbankan, ekonomi kreatif, hingga teknologi digital, sehingga peserta bisa menyesuaikan pilihan dengan minat dan kompetensinya. Skema penempatan juga lebih fleksibel, ada yang full on-site, hybrid, hingga remote untuk posisi tertentu, memungkinkan calon peserta menyesuaikan dengan kondisi personal serta kebutuhan pembelajaran masing-masing.
Selain memperkaya keterampilan teknis, program ini menempatkan soft skills sebagai bekal utama. Peserta akan dilatih untuk berkomunikasi efektif, berpikir kritis, bekerja dalam tim, dan menyelesaikan masalah secara terukur. Banyak perusahaan menilai kemampuan nonteknis ini sebagai pembeda utama saat proses rekrutmen. Karena itu, kurikulum magang tidak berhenti pada tugas harian. Ada sesi pembinaan (mentoring), umpan balik berkala, hingga mini-project yang mendorong peserta mempraktikkan keterampilan dalam situasi nyata. Semua ini dirancang agar pengalaman magang berakhir dengan portofolio yang konkret, bukan sekadar sertifikat.
Proses pendaftaran direncanakan berlangsung secara daring melalui portal resmi yang mudah diakses. Calon peserta umumnya diminta menyiapkan CV terbaru, ringkasan motivasi, serta dokumen pendukung seperti transkrip atau portofolio karya. Beberapa posisi mungkin mewajibkan tes kemampuan dasar, studi kasus singkat, atau wawancara untuk menilai kesesuaian. Bagi pemula, kunci utama adalah menonjolkan pengalaman yang relevan baik dari organisasi kampus, proyek kelas, maupun kegiatan sosial. Serta menjelaskan kontribusi nyata yang pernah diberikan. Presentasi diri yang jujur, rapi, dan terstruktur sering kali menjadi pembeda di tahap awal seleksi.
Demi memperkuat sisi pembelajaran, penyelenggara dan mitra perusahaan akan menyediakan pendampingan profesional melalui mentor yang berpengalaman. Mentor membantu peserta menyusun target mingguan, memberi umpan balik, dan memetakan jalur karier setelah program selesai. Di banyak kasus, relasi dengan mentor berlanjut menjadi jaringan profesional jangka panjang. Ini penting, sebab jaringan yang sehat sering membuka peluang kerja baru, kolaborasi proyek, hingga rekomendasi yang bernilai ketika melamar pekerjaan di kemudian hari. Dengan begitu, magang berfungsi ganda: belajar sekaligus membangun jejaring.
Program magang nasional ini juga mendorong keterlibatan peserta dari latar belakang beragam, termasuk penyandang disabilitas dan mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Informasi seputar dukungan akses, opsi kerja jarak jauh, serta adaptasi peran akan disediakan agar semua talenta bisa berkembang optimal. Di sisi lain, perusahaan mitra diimbau menyiapkan lingkungan kerja yang aman, menghargai keberagaman, dan bebas dari diskriminasi. Pendekatan ini diharapkan menciptakan iklim belajar yang sehat, meningkatkan kepercayaan diri peserta, dan pada akhirnya memperkaya budaya kerja perusahaan itu sendiri.
Selama masa penempatan, peserta akan mendapatkan target pembelajaran yang terukur seperti pemahaman alur kerja, penguasaan alat kerja, serta capaian proyek tertentu. Laporan kemajuan disusun berkala, disertai evaluasi dari atasan dan mentor. Di akhir program, peserta biasanya diminta mempresentasikan hasil atau rekomendasi perbaikan proses kerja. Format ini membiasakan mereka berpikir berbasis data dan hasil. Meski tidak semua posisi berujung pada perekrutan tetap, rekam jejak selama magang sering menjadi modal kuat saat melamar di tempat lain, karena menunjukkan kesiapan kerja yang nyata.
Pada akhirnya, Magang Nasional Batch II bukan sekadar program kerja praktik, melainkan gerakan pembelajaran besar yang menghubungkan dunia pendidikan, industri, dan komunitas. Ketika ribuan pemuda diberi ruang untuk mencoba, gagal, lalu bangkit dengan bimbingan yang tepat, ketangguhan mereka akan tumbuh bersama kualitas kompetensi yang dibutuhkan pasar. Dengan ekosistem yang kolaboratif dan inklusif, program ini diharapkan melahirkan generasi profesional yang siap berkarya, berintegritas, dan berdampak. Untuk para pemuda, ini saatnya menyiapkan diri: perbarui CV, lengkapi portofolio, dan jadikan kesempatan ini langkah awal menuju masa depan karier yang lebih cerah.
)* Penulis adalah Pengamat Masalah Sosial