
Oleh: Hardian Pratama )*
Memasuki satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi bukti nyata bahwa pemerintah hadir dengan kebijakan yang benar-benar berpihak kepada rakyat.
MBG tidak hanya menjawab persoalan klasik mengenai ketahanan gizi nasional, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi yang luas melalui pemberdayaan pelaku usaha lokal. Dalam kurun waktu satu tahun, MBG berkembang menjadi salah satu program sosial paling strategis yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, terutama di kalangan anak sekolah, ibu hamil, serta keluarga berpendapatan rendah.
Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati, menilai keberhasilan MBG merupakan hasil kerja nyata pemerintah dalam menepati janji kampanye Prabowo–Gibran. Ia menjelaskan bahwa program ini bukan sekadar inisiatif makan siang gratis, melainkan investasi jangka panjang untuk membangun generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Melalui MBG, pemerintah memastikan setiap anak Indonesia memperoleh akses gizi seimbang, sesuatu yang sebelumnya sulit dicapai di banyak daerah, terutama di wilayah 3T.
Pemerintah juga berupaya memperkuat tata kelola pelaksanaan program agar tetap berkualitas dan berkelanjutan. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa MBG dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Pengawasan ketat dilakukan di setiap tahap mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan pangan, hingga proses distribusi ke sekolah-sekolah. Pendekatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memastikan program gizi nasional tidak hanya berjalan administratif, tetapi benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Salah satu inovasi penting dalam pelaksanaan MBG adalah keputusan untuk menjadikan susu sebagai komponen utama dalam paket makanan bergizi. Anggota Tim Pakar BGN yang juga Guru Besar IPB, Epi Taufik, menilai langkah tersebut sangat tepat karena berbasis pada kajian ilmiah.
Menurut Epi, susu mengandung 13 zat gizi esensial yang penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak. Dengan memasukkan susu ke dalam menu utama, pemerintah menunjukkan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan yang berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia jangka panjang.
Untuk menjamin mutu dan higienitas makanan, pemerintah menggandeng 5.000 juru masak profesional dari Indonesian Chef Association. Mereka bertugas memastikan setiap makanan yang disajikan memiliki kualitas tinggi, baik dari sisi gizi maupun rasa. Setiap dapur MBG juga diwajibkan menggunakan bahan baku segar dari petani, peternak, dan nelayan lokal. Dengan begitu, perputaran ekonomi di tingkat daerah turut meningkat, dan program ini tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Dampak ekonomi dari pelaksanaan MBG pun sangat signifikan. Berdasarkan data Badan Gizi Nasional, program ini telah menciptakan lebih dari 290 ribu lapangan kerja baru, sebagian besar di sektor penyediaan makanan dan distribusi bahan baku. Selain itu, lebih dari satu juta pelaku usaha lokal, termasuk petani, peternak, nelayan, dan pelaku UMKM kini terlibat langsung dalam rantai pasok MBG. Keterlibatan mereka menciptakan efek berganda yang memperkuat ekonomi rakyat dari bawah, sejalan dengan visi pemerintahan Prabowo–Gibran untuk membangun ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkeadilan.
Sejak diluncurkan, MBG telah menjangkau lebih dari 20 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Anak-anak usia sekolah kini mendapatkan asupan gizi yang lebih baik, sementara banyak ibu hamil di daerah tertinggal mulai merasakan manfaat program ini untuk menjaga kesehatan janin dan dirinya.
Pemerintah juga memanfaatkan data digital untuk memastikan distribusi berjalan tepat sasaran dan mencegah kebocoran anggaran. Dengan sistem yang semakin tertata, pelaksanaan MBG menjadi contoh nyata bagaimana kebijakan publik bisa diterjemahkan menjadi manfaat langsung bagi masyarakat.
Dalam konteks pembangunan nasional, MBG memiliki posisi strategis sebagai fondasi investasi sumber daya manusia. Pemerintahan Prabowo–Gibran menempatkan isu gizi sebagai prioritas karena menyadari bahwa kualitas generasi muda menentukan masa depan bangsa. Dengan memperbaiki gizi sejak dini, pemerintah berharap mampu menekan angka stunting, meningkatkan daya saing global, dan membangun masyarakat yang lebih produktif.
Keberhasilan MBG juga memperlihatkan bagaimana sinergi antara kebijakan sosial dan ekonomi dapat berjalan beriringan. Di satu sisi, rakyat memperoleh manfaat kesehatan dan gizi yang lebih baik. Di sisi lain, roda ekonomi lokal terus berputar karena meningkatnya permintaan terhadap produk pangan lokal. Pendekatan holistik inilah yang membuat MBG menjadi model pembangunan sosial yang berkelanjutan, efisien, dan berdampak luas.
Dalam satu tahun perjalanan pemerintahan Prabowo–Gibran, MBG kini menjadi simbol kebijakan publik yang berpihak pada rakyat kecil. Program ini bukan hanya membuktikan kemampuan pemerintah dalam mengelola program nasional berskala besar, tetapi juga memperlihatkan arah pembangunan yang jelas yaitu, mewujudkan kesejahteraan melalui penguatan sumber daya manusia dan kemandirian ekonomi lokal.
)* Penulis adalah kontributor Peritiwi Institute